Saturday, October 16, 2004

Kamera

Siapa sih Daguerre itu sampai perlu diterimakasihi? Pelukis asal Prancis bernama lengkap Louis-Jacques Mande Daguerre ini memang tidak sepopuler Kodak, yang mendunia sebagai merek kamera. Padahal lelaki kelahiran 18 November 1787 inilah bidannya dunia fotografi.

Awalnya, Juli 1822, Daguerre membentuk sebuah teater. Dalam sebuah pertunjukannya, ia membuat kejutan dengan menghadirkan lukisan ilusi yang membuat pertunjukan semakin "hidup". Kunci dari semua itu adalah camera obscura (ruang gelap), sebuah kotak persegi dengan bukaan lubang kecil yang memproyeksikan objek di luar ke dalam dinding alat tersebut dalam keadaan terbalik. Inilah pelopor kamera yang dikenal selama ini.

Prinsip ini sudah diketahui Aristoteles 2.000 tahun lalu. Bahkan ilmuwan dan penulis Italia, Giambattista della Porta, di akhir abad ke-16 sudah menjelaskan secara lengkap penggunaan camera obscura dengan lensa. Sampai abad ke-18 camera obscura menjadi mainan para pelukis untuk menjiplak objek dari alam secara akurat. Tapi semuanya masih belum bisa menghadirkan gambar itu secara permanen.

Lalu datanglah Nicephore Niepce yang tinggal di Chalonsur-Saone, 189 mil tenggara Paris. Hobinya pada litografi menuntunnya masuk dunia fotografi. Dalam proses ini gambar dipindahkan ke batu litograf. Untuk membuat gambar Niepce mengandalkan keahlian anaknya. Sayang, anaknya masuk dinas militer sehingga Niepce akhirnya mengandalkan cahaya untuk melukis gambar yang diinginkannya.

Niepce meminyaki lukisan sehingga transparan, kemudian meletakkannya di atas lempengan yang dilapisi larutan sensitif-cahaya dan memanaskannya pada cahaya Matahari. Setelah beberapa jam, wilayah terang lukisan akan mengeras, sedangkan bagian gelap akan tetap lembek yang bisa hilang dengan mencucinya, meninggalkan jiplakan lukisan. Tahun 1826 - 1827 Niepce menghasilkan gambar pemandangan halaman depan rumahnya dengan menggunakan camera obscura yang dipasangkan dengan lempengan campuran timah putih dan timah hitam. Dibutuhkan waktu pencahayaan sekitar delapan jam untuk memperoleh gambar itu. Sayang, hasil yang diperolehnya masih terlalu gelap (underexposed).

Pada 4 Desember 1829, Niepce dan Daguerre menjalin kerja sama untuk memperbaiki hasil yang sudah dicapai Niepce. Lembaran timah tadi diganti dengan lempengan tembaga yang dilapisi perak, dan kemudian diproses menggunakan larutan iodium. Percobaan terus dilakukan dengan menggunakan perak iodium yang dilemahkan dalam air raksa. Waktu pencahayaan bisa dipersingkat menjadi setengah jam. Memang, hasilnya belum bisa permanen. Baru tahun 1837, empat tahun setelah kematian Niepce, Daguerre bisa mengawetkan gambar yang didapat dengan melarutkannya dalam larutan garam dapur. Prosesnya diberi nama daguerreotype. Sedangkan proses temuan Niepce dinamai heliograph (karena menggunakan sinar Matahari).

Gambar yang dihasilkan oleh Daguerre tidak bisa dicetak ulang. Untuk mencetak ulang harus digunakan film. Cara pembuatan film ini pertama kali ditemukan oleh orang Inggris, William Henry Fox Talbot. Film buatan Tabot berupa gambar di atas kertas yang peka cahaya dan kemudian dibuat transparan dengan bantuan cahaya lilin. Dari sini, fotografi berkembang lagi. Setelah film negatif dan positif (slide), kini citra hasil jepretan kamera sudah bisa disimpan dalam bentuk data digital. Jadi, enggak perlu film lagi.

Ngrumpi soal fotografi, Indonesia termasuk mujur sebab dua tahun semenjak fotografi ditemukan manusia, temuan itu sudah masuk ke Indonesia (yang waktu itu bernama Hindia Belanda). Adalah Dr. Jurriaans Munich yang datang ke Indonesia atas permintaan pemerintah kolonial untuk membuat rekaman-rekaman gambar. Setelah itu, menyusul dua pria Inggris Walter Wood Burey dan James Page pada 18 Mei 1857.

Ambulance

Begitulah kiasan yang tepat buat wahana penolong orang sakit yang dinamai ambulans. Gara-gara perang, terpikirlah cara mengusung orang sakit ke tempat aman untuk segera diobati. Dipercayai, ambulans pertama dimiliki oleh tentara William si Penakluk (Raja William I dari Inggris). Jangan bayangkan sudah seperti saat ini, karena Raja William ini hidup di abad ke-11. Ambulans saat itu berupa tandu yang dihela kuda di kedua ujungnya. Bentuk serupa bisa dijumpai di India, Mesir serta suku Indian Mojave.

Ambulans yang lebih formal baru muncul sekitar abad ke-15 ketika Isabella dan Ferdinand dari Spanyol tanpa sengaja menemukan cara baru dalam pelayanan logistik saat perang melawan pasukan Moor. Peralatan medis dan bedah dibawa secara bersamaan di dalam kemah khusus bagi prajurit yang terluka. Kemah itu dikenal dengan ambulancias.

Konsep ambulans kemudian disempurnakan oleh Dominique Jean Larrey (1766 - 1842), dokter bedah tentara Prancis, tahun 1810. Hatinya trenyuh, iba melihat prajurit terluka yang tersia-sia dalam perang Prancis melawan Austria dan Prusia pada 1792. Kalaupun ada pertolongan, kondisi tempat perawatan sangat memprihatinkan. Nah, saat Napoleon menyerbu Italia, ia sudah menyiapkan kendaraan mirip cikar (beroda dua, berjendela, berkasur, dan berventilasi, serta ditarik seekor kuda) untuk mengangkut prajurit yang terluka ke tempat perawatan. Saat melintas di medan perang yang terbuka, prajurit yang terbaring di dalamnya serasa terbang. Maka, disebutlah "flying ambulance".

Evolusi ambulans berikutnya terjadi saat Perang Saudara Amerika meletus (1861 - 1865). Saat itu ambulans terlalu sedikit dan sering terlambat datang. Konyolnya lagi, pengemudinya yang sipil sering mabuk. Seorang dokter bernama Jonathan Letterman kemudian menyusun ulang layanan medis di lapangan agar ambulans efektif. Pada tahun 1863 serangkaian gerbong ambulans menolong prajurit yang terluka dibuat mirip kereta Wild West yang ditarik kuda.

Tahun 1864, sebuah undang-undang dikeluarkan oleh Kongres AS, berjudul "An Act to Establish a Uniform System of Ambulance in the Armies of the United States." Tahun itu juga, Konvensi di Jenewa menelurkan sebuah perjanjian yang ditandatangani oleh beberapa negara Eropa. Intinya, ada sebuah rumah sakit netral yang boleh menolong orang sakit atau terluka di medan perang. Orang yang bertugas akan diberi tanda khusus atau tanda pengenal. Di Amerika, semasa Perang Saudara, sudah muncul organisasi serupa, The Sanitary Commision, yang 20 tahun kemudian menjelma menjadi American Red Cross atas jasa Clara Barton.

Perang akhirnya melahirkan perubahan-perubahan baru dalam dunia ambulans. Hasil perubahan itu kemudian diadopsi oleh masyarakat sipil. Rumah sakit di Amerika mengawali layanan ambulans mereka tahun 1860-an. Berpenghela kuda, ambulans ini memiliki lantai yang bisa ditarik keluar untuk memindahkan pasien. Di bawah kursi supir tersimpan beberapa peralatan seperti selimut, seliteran brandy, enam spon kecil, sebotol kecil besi persulfat, serta kayu penahan.

Perkembangan dunia otomotif memberi angin baru bagi ambulans. Sentuhannya muncul pertama kali tahun 1899. Selama Perang Dunia I, banyak ambulans merupakan ubahan dari bus dan taksi. Pembuat ambulans tertua di dunia yang berupa kendaraan bermotor adalah Hess and Eisenhardt di Cincinnati, Ohio, AS. Tahun 1937 mereka menjual ambulans berpengondisi udara pertama buatan Amerika. Kini, dengan segala kemajuan yang dicapai, ambulans tak ubahnya ruang gawat darurat rumah sakit kecil.

Eh, tapi jangan berpikiran bahwa ambulans membatasi dirinya sebagai wahana darat saja. Selama Perang Saudara, sudah muncul kereta api ambulans dan rumah sakit terapung. Trem ambulans pun populer di beberapa kota di akhir 1800-an. Sedangkan dari Perang Vietnam dan Korea lahirlah medicopter, ambulans yang menggunakan helikopter.
Perang ternyata ada hikmahnya juga ya!

Helikopter

Bukan kebetulan kalau helikopter jalannya muter-muter. Meski konsepnya sudah ada sebelum Wright bersaudara mengangkasa, sosok heli baru diwujudkan tahun 1930-an. Proses penciptaan yang muter-muter itu berawal tahun 1480. Konon, saat itu seniman Italia, Leonardo da Vinci, sudah menciptakan desain burung besi berpenggerak mesin mirip baling-baling. Sebuah hil (saat itu) yang mustahal, meminjam ungkapan Srimulat. Itulah sebabnya, baru berabad-abad kemudian, tepatnya awal abad ke-19, orang Prancis bernama Louis Charles Breguet mencoba membumikan mimpi da Vinci.

Bayi heli bernama Breguet-Richet Gyroplane No. 1 itu diuji coba 29 September 1907. Bertenaga empat rotor yang masing-masing daunnya berdiameter 8 m, konstruksi ringkih bikinan Breguet sempat melayang 0,6 m di atas permukaan tanah. Sayang, lajunya tak terkendali karena belum memiliki sistem kontrol memadai.

Walau gagal, percobaan Breguet memberi inspirasi bagi seorang insinyur Spanyol, Juan de la Cierva. Pada 1923 Cierva menciptakan Autogiro. Prinsipnya adalah baling-baling yang bisa naik turun, sehingga menghasilkan tenaga angkat dan terlihat seperti gerakan sayap. Hanya saja gerak sayap itu berimbas pada ketidakstabilan pesawat. Cierva tak sempat menyempurnakan temuannya karena keburu meninggal akibat kecelakaan pada 1936.

Setelah itu, giliran Jerman unjuk gigi. Heli-kopter FA-61 hasil olah tangan desainer Heinrich Focke untuk pertama kalinya mengudara 26 Juni 1936. Heli Focke itu sudah bisa bermanuver layaknya pesawat terbang biasa. Tahun 1937, FA-61 unjuk kebolehan di atas Deutschland Sport Arena, Berlin dengan disopiri pilot cewek, Hanna Reitsch. Heli Jerman lainnya, FL-282 Kolibri, sudah dapat menembus kecepatan 140 km/jam, bermain di ketinggian 4.000 m, serta mengangkut beban 360 kg.

Meski hampir mencapai bentuk sempurna, fungsi helikopter saat itu masih belum maksimal. Pengendaliannya masih susah dan sulit untuk diproduksi massal. Sampai akhirnya, 8 Desember 1941, Igor Sikorsky sukses menerbangkan heli VS-300 nan legendaris. Insi-nyur AS kelahiran Kiev, Rusia (dia berimigrasi tahun 1919 dan menjadi warga negara AS tahun 1928) menjadi orang pertama yang memasang tail rotor di buntut heli sebagai baling-baling tambahan pengimbang gerakan kitiran utama, yang sampai kini masih dipakai.

Sikorsky juga yang memassalkan produk helikopter dengan memabrikkan heli R4, penyempurnaan dari VS-300. Di era 1990-an, helikopter bahkan sudah mengadopsi teknologi bunglon yang dapat menyamarkannya dari intaian radar dan deteksi sinar infra merah. Helikopter pertama yang mengadopsi fitur canggih ini pesawat militer RAH-66 Comanche, hasil kerja bareng Boeing Company dan Sikorsky Aircraft Corporation.

Dewasa ini bentuk dan kapasitas heli sudah sangat beragam. Yang terkecil, versi dua kursi, Robinson R22 yang kerap dipakai buat latihan terbang dan observasi udara. Robinson punya dua baling-baling berdiameter 7,6 m, dengan kecepatan maksimum 180 km/jam dan sanggup mengangkat beban hingga 620 kg. Sedangkan salah satu heli terbesar yang pernah dibuat manusia adalah Mi-26 bikinan Rusia. Dengan 80 kursi, Mi-26 yang digerakkan delapan rotor berdiameter 32 m ini sanggup mengangkat beban 56.000 kg dan ngacir sampai 295 km/jam.

Mimpi manusia meliuk-liuk di udara memang tak bakal pernah terpuaskan. Kelak, mungkin saja akan muncul burung besi yang tak hanya fleksibel seperti heli, tapi mampu menembus awan secepat pesawat jet. Entah apa namanya dan kapan menjadi kenyataan. Yang pasti, jalan ke arah sana pasti lebih muter-muter ketimbang proses menciptakan helikopter.

Garam Dulu Mahal Sekarang Lumrah

"Bagai sayur tanpa garam". Ungkapan ini menandai fungsi garam se-bagai penyedap masakan. Namun, agaknya, garam yang diperkenalkan oleh bangsa Eropa telah lama mewarnai peradaban manusia. Bahkan, dalam kitab suci Ibrani (Leviticus 2:13), terpetik "...dalam semua sesajimu kamu harus mempersembahkan garam."

Jauh sebelum menjadi penghuni dapur, derajat garam dulu amat tinggi. Ia punya "hubungan khusus" dengan adat istiadat. Menurut adat di berbagai belahan dunia, para tamu yang memasuki rumah akan diberi roti dan garam. Bahkan, pengantin baru dihidangi anggur, roti, dan garam. Karena dianggap tinggi nilainya, garam sempat dijadikan mata uang. Kata salary berasal dari bahasa Latin salarium, yang merujuk pada pembayaran yang dilakukan para serdadu Romawi untuk membeli garam.

Sampai akhirnya, di Afrika Tengah, garam menjadi teman nasi yang lumayan mewah. Garam yang diperkenalkan oleh bangsa Eropa ini mengandung unsur - ion-ion sodium dan klorida - yang merupakan zat gizi penting, menjadikan garam salah satu zat paling pokok bagi manusia. Selain itu, rasa asinnya, adalah salah satu dari keempat rasa dasar. Karena fungsinya sebagai bahan pengawet dan penyedap rasa, maka garam juga menjadi sumber mineral cukup berharga.

Air laut merupakan sumber berlimpah garam dengan kandungannya yang mencapai 35 bagian per seribu. Sodium klorida merupakan unsur terbesar dari garam, lebih dari 77%. Garam yang lainnya mengandung magnesium klorida, magnesium sulfat, kalsium sulfat, potasium klorida, dan sedikit magnesium bromida serta kalsium karbonat. Secara fisik, sodium klorida merupakan kristal berbentuk kubus, bisa tanpa warna, transparan, ataupun berkilau.

Tak heran kalau cara paling gampang memperoleh garam adalah dengan menguapkan air laut. Untuk itu diperlukan suatu kelembaban yang rendah dan sinar matahari yang cukup. Air laut yang telah diuapkan disalurkan kedalam tiga atau empat panci pengkristal yang konsentrasinya secara perlahan dinaikkan. Garam yang mengkristal di setiap panci dikumpulkan, dicuci dengan larutan air garam jenuh, dicuci ulang dengan air tawar, dikeringkan, lalu siap dilempar ke pasar. Metode ini masih digunakan di banyak penjuru dunia (termasuk AS, Afrika, dan India) dan menyumbangkan 10% dari pasokan garam yang dibuat.

Namun, sumber garam bukan di laut saja. Garam juga muncul secara alamiah dalam bentuk kristal padat dari unsur-unsur halite, atau bongkahan garam, yang terbentuk dari penguapan lautan berusia sangat tua.
Selain digunakan sebagai penyedap rasa dan pengawet, garam juga dipakai untuk memproses acar dan keju serta untuk mengawetkan ikan dan produk daging. Kulit binatang diproses dengan garam sebelum dibuat menjadi bahan kulit. Garam pun tak bisa dilepaskan dari pembuatan bahan-bahan kimia seperti asam hidroklorida, sodium hidroksida, dan sodium bikarbonat. Dalam proses industrial ia juga berfungsi sebagai bahan mentah. Air garam banyak digunakan dalam proses refrigerasi dan pendinginan.
Dalam proses pendinginan, 36 g garam yang dilarutkan kedalam 100 g air bersuhu 15,5oC, maka suhu larutan yang dihasilkannya kurang lebih akan tereduksi 3,3oC sampai 5,5oC. Karena bersifat higroskopis, dalam kondisi normal garam akan menyerap air dari atmosfir. Inilah sebabnya mengapa garam mudah larut dalam air.

O iya, masih ada fungsi garam di negeri yang memiliki empat musim. Garam sering ditebarkan di jalanan pada musim dingin untuk mencairkan es dan salju. Begitu banyak fungsi garam. Tapi, Anda penderita hipertensi, jauhilah garam.

Golf

Bukan hanya di parlemen, perdebatan berkepanjangan juga pernah terjadi di lapangan-lapangan golf di Eropa pada abad pertengahan. Yang dipersoalkan, asal muasal olahraga kaum elite ini.

Banyak orang percaya, bangsa Skotlandia yang memulainya. Namun, permainan menggiring bola pakai tongkat, baik di atas rumput maupun es, ternyata juga ditemukan di banyak negeri. Di Inggris namanya cambuca, di Belgia disebut chole, orang Prancis menyebutnya jeu de mail, sedangkan sinyo Belanda memainkan kolven, yang kemudian juga dibawa ke daerah-daerah koloninya di Benua Amerika pada abad ke-17.
Fakta yang cukup mengejutkan, ratusan tahun sebelumnya bangsa Romawi juga memainkan paganica. Ch'ui wan dimainkan bangsa Cina pada awal dinasti Ming. Orang-orang Indian di Amerika Utara juga punya permaian serupa. Namun, semuanya ternyata tak punya hole alias lubang. Orang Skotlandia lah yang menggali lubang dan memasukkan bolanya. Maka golf akhirnya sah menjadi "milik" mereka.
Kata golf sendiri merupakan plesetan terminologi Skotlandia kuno gowl, golve, atau gouf. Orang Belanda menyebutnya kolf atau kolve, artinya tongkat. Beberapa olahraga bertongkat banyak dimainkan kaum pria bangsawan saat itu, hingga ada yang memelesetkan golf menjadi gentlemen only ladies forbidden. Namun, tak lama kemudian rakyat jelata ikut bermain.

Karena rakyat keasyikan main golf - dan sepakbola - pada 1457 Raja James II sempat melarang kedua olahraga ini di Skotlandia. Alasannya, membuat para prajurit malas berlatih perang, padahal negeri itu dalam ancaman invasi Inggris. Larangan ini ditegaskan kembali James III (1471) dan James IV (1491). Sumber lain menyebutkan, konon golf juga sempat dilarang di Inggris karena membuat orang malas ke gereja pada hari Minggu.

Lapangan golf berstandar internasional pertama terdapat di Leith (dekat Edinburgh) yang telah dipakai untuk perlombaan internasional pada 1682. Di kota ini pula terbentuk klub golf pertama, The Gentlemen Golfers of Leith, pada 1744 dan sekaligus menetapkan peraturan olahraga golf pertama, terdiri atas 13 butir. Klub ini kemudian berubah nama menjadi Honourable Company of Edinburgh Golfers pada 1768.

Pada 1897 peraturan olahraga golf disempurnakan lagi oleh klub Royal & Ancient of St. Andrews yang antara lain memperkenalkan ketentuan lapangan pertandingan 18 hole. Ketentuan-ketentuan klub yang dimotori para bangsawan Inggris ini menjadi dasar peraturan golf yang dipakai sekarang.

Meski mulai dimainkan sejak pertengahan abad ke-17, golf baru menyebar di Inggris setelah dipopulerkan Raja Charles I hingga terbentuknya klub Royal Blackheat pada 1766. Mary Queen of Scots membawanya ke Prancis saat menuntut ilmu di negeri itu. Di Prancis, Mary Queen bermain dengan dibantu para kadet sekolah militer sebagai kacungnya. Dari sinilah muncul istilah caddy.

Olahraga ini kemudian menyebar ke penjuru dunia melalui sejumlah koloni Inggris dan Prancis seperti India, Afrika Selatan, Australia, dan Hongkong. Klub-klub golf di India termasuk lahir lebih dulu, seperti Royal Bangalore (1820) Royal Calcutta (1829), dan Royal Bombay (1842).

Pada awal 1900, sudah ada 1.000 klub di AS yang kemudian membentuk United States Golf Association pada 1894. Kiprah organisasi ini seolah menjadi denyut nadi golf di kemudian hari, karena menghasilkan turnamen dan atlet-atlet bergengsi. Amerika juga memiliki dua lapangan golf terkenal yaitu Augusta National di Georgia yang menjadi lokasi turnamen master tahunan dan Pebble Beach di California yang dikenal mempunyai tingkat kesulitan tinggi.

Jalan Makadam

Tahukah Anda jalan makadam? Yaap, jalan dari batu pecah yang diatur padat lalu ditimbuni kerikil, hingga permukaannya keras. Tapi, jangan salah sebut dengan Makodam, itu mah beda banget. Nama makadam berasal dari nama penggagasnya yaitu John Loudon McAdam (1756 - 1836). Makadam lahir berkat semangat untuk membangun lebih banyak jalan. Maka, perlu cara membuat jalan secara cepat dengan biaya tidak terlalu tinggi. Makadam diakui sebagai pembuka jalan kemajuan konstruksi jalan.

Di akhir abad XIX seiring dengan makin banyaknya pemakai sepeda, jalan yang mulus semakin dituntut. Tahun 1824 untuk pertama kali jalan beraspal dibuat, cuma dengan menaruh blok-blok aspal. Jalan bersejarah itu di Champ-Elysees, Paris.

Selanjutnya, hadir jalan beton semen portland di Skotlandia pada 1865. Meski lebih kuat, jalan beton mudah retak. Sedangkan aspal punya kelebihan sebagai pengikat yang tahan air dan plastis alias memiliki kemampuan "kembang-susut" yang baik terhadap perubahan cuaca.

Aspal telah dipakai sejak masa sangat awal. Peninggalan dari sekitar milenium 3 SM di Mohenjo-daro, Pakistan, berupa penampung air dari batu bata yang bertambalkan aspal adalah buktinya.

Aspal jalan modern adalah hasil karya imigran Belgia Edward de Smedt di Columbia University, New York. Tahun 1872, ia sukses merekayasa aspal modern dengan kepadatan maksimum. Aspal itu pertama kali dipakai di Battery Park dan Fifth Avenue, New York, tahun 1872 dan Pennsylvania Avenue, Washington, D.C. tahun 1877. Kini, sedikitnya 90% jalan utama di perkotaan selalu memanfaatkan aspal.

Jangan bandingkan kondisi itu dengan keadaan jalan pertama, yang muncul sekitar tahun 3000 SM. Jalan itu masih berupa jalan setapak, dengan konstruksi sesuai kendaraan beroda masa itu. Letaknya diduga antara Pegunungan Kaukasus dan Teluk Persia.

Lalu dibangunlah jalan yang menghubungkan Mesopotamia - Mesir, selain sebagai fasilitas perdagangan, juga pertukaran budaya. Jalan utama pertama adalah Jalan Bangsawan Persia, yang terentang dari Teluk Persia hingga Laut Aegea sepanjang 2.857 km. Jalan ini bertahan dari tahun 3500-300 SM.

"Jalur Kuning" adalah jalan tertua di Eropa yang berawal di Yunani dan Tuscany hingga Laut Baltik. Di Asia Timur bangsa Cina membangun jalan yang menghubungkan kota-kota utamanya, bila digabung panjangnya mencapai 3.200 km.

Jalan memegang peran penting atas kelangsungan suatu bangsa, itu diakui Bangsa Romawi kuno. Tak heran mereka banyak membangun jalan. Di puncak kejayaannya Romawi telah membangun jalan sepanjang 85.000 km! Itu terbentang mulai Inggris di utara hingga Afrika Selatan, dan dari pantai Samudera Atlantik di Peninsula Iberian di barat hingga Teluk Persia di timur.

Teknik membangun jalan pun amat beragam. Di Eropa Utara yang repot dengan tanah basah serupa "bubur", dipilih jalan kayu. Gelondong kayu dipasang di atas lapisan ranting, lalu di atasnya disusun kayu secara melintang berpotongan untuk melalui ranjau "bubur" itu.
Di Kepulauan Malta ada bagian jalan yang ditatah agar kendaraan tak meluncur turun. Sedangkan masyarakat di Lembah Indus sudah membangun jalan dari bata yang disemen dengan bituna (bahan aspal) agar tetap kering.

Namun, bangsa Romawilah penemu konstruksi jalan secara ilmiah. Jalan-jalan yang berciri khas lurus-lurus itu terdiri atas empat lapis. Yang pertama adalah hamparan pasir atau adukan semen, lalu lapisan batu besar datar, disusul lapisan kerikil dicampur kapur, terakhir lapisan tipis permukaan dari lava yang seperti batu api. Ketebalan jalan itu 0,9 - 1,5 m. Rancangan mereka termasuk yang tercanggih sebelum muncul teknologi pembuatan jalan modern di akhir abad XVIII atau awal abad XIX. Sayangnya, jalan itu rusak saat Romawi mulai runtuh.

Lem

Masih ingat waktu dulu orang terbiasa merekatkan amplop dengan mengoleskan beberapa butir nasi? Memang, tanaman biji-bijian, termasuk nasi, adalah salah satu penyedia bahan dasar lem. Kanji alias karbohidrat yang diekstrak dari tanaman pun bisa didapat dari jagung, beras, gandum, dan kentang.

Selain kanji, ada beberapa jenis lem lain. Salah satunya lem dari binatang. Lem ini berbahan dasar protein yang diekstraksi dari rebusan tulang, kulit, kuku, dan tanduk. Hasil ekstraksi yang dimasak hingga membentuk bahan gelatin itu banyak dipakai dalam industri kayu dan mebel. Lem protein lain diambil dari kulit dan tulang ikan. Sedangkan lem kasein berasal dari protein yang diisolasi dari susu. Hasilnya, lem yang tahan air. Pertama kali lem ini dipakai untuk melekatkan kertas rokok. Selain cepat lengket, lem ini amat irit. Satu gram lem bisa untuk merekatkan 2.000 batang rokok.

Lem selulosa dari polimer alamiah ada pada pohon dan tanaman berkayu. Lem ini biasanya untuk menempelkan plastik selofan pada bungkus rokok, dan wallpaper agar mudah dilepas.

Konon lem sudah ada sejak tahun 4000 SM. Pada situs dari zaman prasejarah ditemukan jenazah bersama makanan dalam tempat keramik pecah, yang direkatkan kembali dengan resin dari getah pohon. Di kuil Babilonia pun ditemukan sejumlah patung dengan biji mata dari gading yang ditempelkan dengan tar di rongga mata. Ini bukti, "lem" tar mampu bertahan selama 6000 tahun.

Namun, referensi tertulis pertama tentang cara membuat dan memakai lem baru muncul tahun +2000 SM. Sejumlah lukisan dinding menampilkan secara mendetail proses pemakaian lem pada kayu. Berbagai benda seni dan perabot dari makam para Firaun Mesir menampilkan peran lem binatang sebagai perekat atau pelapis.

Di tahun 1-500, semenjak Romawi dan Yunani mengembangkan seni pernis dan pelapisan kayu, makin berkembang pembuatan lem dari binatang dan ikan. Bangsa Romawilah yang pertama kali memanfaatkan tar dan lilin lebah untuk mendempul papan di perahu dan kapal. Pada masa ini pula ditemukan lem baru, yakni "lem" putih telur. Lucunya, lem ini mengandung bahan alamiah "aneh" seperti darah, tulang, kulit, susu, keju, sayuran, dan biji-bijian.

Selain untuk merekatkan, lem juga ampuh membuat orang jadi tersohor. Konon, Jenghis Khan bisa mengalahkan musuh-musuhnya karena kekuatan senjata pasukannya. Busur mereka dibuat dari kayu jeruk lemon yang sudah dilapisi zat tertentu, lalu dengan lem batang itu disatukan dengan tanduk kerbau. Sayangnya, ramuan lem itu tak tercatat baik.

Demikian pula formula lem untuk melapis kayu yang sudah diproses khusus untuk membuat biola ajaib Antonio Stradivari. Meski sudah dicari dengan alat paling canggih pun, formula itu belum juga tersingkap.

Perubahan fenomenal sejarah lem terjadi tahun 1700-an, saat berdiri pabrik lem komersial pertama di Belanda yang memproduksi lem binatang. Setengah abad kemudian paten pertama dikeluarkan di Inggris untuk lem dari ikan. Dengan cepat disusul terbitnya sejumlah paten untuk lem berbahan karet alam, tulang hewan, ikan, kanji, dan kasein. Sedangkan pabrik pengolahan lem berbahan itu mulai banyak berdiri di AS tahun 1900-an.

Pengaruh Revolusi Industri tampak dengan ditemukannya bahan dasar baru lem, yakni plastik. Tahun 1920 - 1940-an plastik dan karet sintetis mulai diproduksi. Maka, lem pun menjadi lebih kuat, lentur, cepat menempel, tahan terhadap suhu dan bahan kimia.

Maka kebutuhan apapun, dari kuku patah hingga untuk operasi kecil, sudah ada jenis lemnya. Dijamin bakal lengket, persis "kayak prangko"

Kapal

Main kapal-kapalan kertas dan berbagai lagu yang mengambil tema "kapal", mencerminkan kedekatan kita dengan kapal. Sebagai bangsa bahari, nenek moyang kita memang telah menjelajahi Asia Tenggara, Pasifik, hingga Madagaskar untuk berdagang. Diduga perahu mereka berbahan bambu yang mudah diperoleh di Indonesia.

Perahu bambu yang dikenal sebagai rakit atau gethek itu pastilah masih sederhana, tanpa kemudi dan layar. Jadi, hanya efektif untuk pelayaran jarak pendek lewat sungai, alias penghubung antarkota. Untuk pelayaran antarpulau atau antarnegara perahu itu dipermodern. Misal dipasangi balok keseimbangan di kanan-kiri, dilengkapi dayung dan layar.

Beberapa tahun lalu Dr. Alan Thorne mengadakan uji coba pembuatan perahu serba bambu, termasuk dayungnya, di Kep. Seribu, utara Jakarta. Perahu itu dilengkapi tiang dengan layar dari tikar pandan. Lalu dengan perahu itu Thorne menuju sebuah pulau, yang hanya makan waktu 30 menit. Kesimpulannya, perahu jenis itu yang dulu memang dipakai para pelaut Asia purba.

Nyatanya perahu serupa masih dipakai nelayan di Cina. Meski tanpa layar, perahu itu mampu menuju ke tengah lautan. Bahkan dengan membawa hasil laut seberat lima ton! Sayang, hingga kini tak ditemukan bambu sisa perahu purba. Mungkin karena bambu mudah lapuk.

Namun perahu bukanlah temuan kita yang pertama untuk mengarungi perairan. Nun di zaman prasejarah, orang menyeberangi sungai dengan menunggangi batang kayu yang didayung dengan tangan. Sangat sederhana. Baru kemudian terpikir untuk membangun rakit dengan mengikat jajaran batang kayu. Cara berikut, membuat ceruk pada batang kayu.

Di daerah jarang kayu, perahu dibuat dari berbagai bahan. Misalnya, membentuk kulit binatang menjadi kantung besar. Kantung ini menjadi bantal angin yang mengambang di air, siap ditunggangi. Atau, beberapa "bantal" diikat menyatu menjadi serupa rakit. Di daerah tertentu orang memakai kuali-kuali tanah kecil yang disatukan menjadi rakit. Cara lain, nyemplung ke gentong yang memuat satu orang.

Di Mesir kuno rakit malah dibuat dari alang-alang. Tahun 4000 SM, mereka telah membuat perahu sempit yang panjang lengkap dengan dayung untuk menyusuri S. Nil. Penemuan utama mereka lahir seribu tahun kemudian berupa layar segi empat. Mereka pula yang menemukan teknik membuat kapal papan. Berbeda dengan kapal papan sekarang, kapal papan Mesir sama sekali tidak menggunakan rangka. Papan yang satu hanya disambung dengan yang lain. Teknik itu dikembangkan untuk membuat kapal besar.

Antara tahun 2500 SM - 1450 SM suku Minoan dan Mycenea di Yunani secara bergantian menjadi penguasa Laut Tengah. Prestasi penting mereka adalah membangun kapal satu layar yang memiliki ruangan luas, serta merintis kapal perang dengan barisan pendayung.

Dua setengah abad kemudian tibalah era pelaut Phoenicia di timur Pantai Laut Tengah dan bangsa Yunani. Tahun 500 SM mereka punya kapal dengan dua tiang layar. Eksploitasi tenaga manusia terjadi di kapal perang Yunani. Tahun 700 SM mereka menggunakan dua susun - atas-bawah - barisan pendayung di tiap sisi, tahun 650 SM meningkat menjadi tiga susun atau trireme. Yunani pula yang merintis penggunaan layar segi tiga tahun 300 SM.

Tahun 100 SM kapal Romawi merajai lautan. Kapal terbesar mereka berukuran panjang 55 m dan lebar 14 m dengan daya angkut 1.000 penumpang dan 910 ton barang. Tapi, kamar hanya tersedia bagi orang penting. Penumpang biasa cukup tinggal di dek terbuka. Di malam hari mereka mau tak mau "membangun" sedikit penaung yang melindungi tubuh kala tidur.

Konon, kapal terhebat di kawasan utara Eropa adalah kapal Viking. Antara tahun 700 - 1000 mereka mengarungi Laut Atlantik Utara hingga Amerika bagian Utara. Sebagai perompak, merekalah teror di laut.

Salah satu puncak kemajuan pembuatan kapal terjadi di tahun 1800-an. Itu ketika tahun 1807 Robert Fulton dari AS membangun kapal uap pertama. Kapal layar besi pertama, The Vulcan, lahir tahun 1818 di Inggris. Tahun 1959 AS meluncurkan Savannah, kapal dagang bertenaga nuklir pertama.

Setelah sekian tahun berkembang, sampai seberapa panjang kapal di abad XX? Tanker Seawise Giant, diluncurkan tahun 1979, memiliki panjang 458 m!.

Dasi

Dasi, konon menurut Asosiasi Aksesori Leher Amerika, punya sejarah panjang yang melilit perkembangannya. Sejak zaman batu pun aksesori di leher dan dada sudah ada, khususnya untuk memberi ciri pada kelompok pria dari strata tinggi.

Malah pada masa Romawi kuno sudah dipakai kain untuk melindungi leher dan tenggorokan, khususnya oleh para jurubicara. Pada perkembangannya prajurit militer Romawi pun memakainya. Bukti dipakainya aksesori kain leher tampak pada patung batu di makam kuno, Xian, Cina.

Aksesori leher terkenal lainnya muncul di masa Shakespeare (1564 - 1616), yakni ruff. Kerah kaku dari kain putih itu bentuknya serupa piringan besar yang melingkari leher. Untuk mempertahankan bentuk, ruff sering dikanji. Lambat laun orang merasa ruff yang bertumpuk-tumpuk hingga mencapai ketebalan beberapa sentimeter mengakibatkan iritasi.
Lahirlah cravat pada masa pemerintahan Louis XIV tahun 1660-an. Namun, Kroasia lebih tepat disebut sebagai tanah asal dasi.

Ini sesuai penuturan Francoise Chaile dalam buku La Grande Historie de la Cravate (Flamarion, Paris, 1994).
"... Sekitar tahun 1635, sekitar enam ribu prajurit dan ksatria datang ke Paris, yang disewa oleh Louis XIII dan Richelieu. Pakaian tradisional mereka amat menarik. Sehelai sapu tangan diikatkan di leher dengan cara khusus. Sapu tangan itu terbuat dari berbagai kain, dari yang serupa seragam, katun halus, hingga sutera. Gaya unik ini segera 'menaklukkan Prancis'. Apalagi cara ini lebih praktis ketimbang kerah kaku. Sapu tangan itu cuma diikat, dengan ujung-ujungnya dibiarkan lepas." Maka disebutlah sapu tangan itu cravat yang artinya "penduduk dari Kroasia".

Sebagaimana aksesori leher di zaman batu, keindahan cravat dan cara mengikatnya menunjukkan kelas si pemakai. Konon Beau Brummell (1778-1840), yang banyak mempengaruhi perkembangan mode, perlu waktu berjam-jam untuk mengikat cravat-nya.

Banyak buku teknik mengikat cravat diterbitkan. Salah satunya menampilkan 32 cara, meski kenyataannya ada lebih dari 100 cara yang resmi dikenal saat itu. Begitupun, ada saja orang yang ingin mengekspresikan kepribadian mereka dengan kreasi sendiri.

Selanjutnya muncul adab atau cara untuk mengenakan cravat. Seseorang pantang menyentuh cravat orang lain. Kalau sampai terjadi, tindakan itu bisa berakibat fatal, yakni duel.

Bahkan takhayul pun berkembang di seputaran cravat. Konon saat Napoleon mengenakan cravat hitam yang dililitkan dua kali memutari leher, ia selalu menang perang. Celakanya, saat terjun di Waterloo ia memakai cravat putih. Akibatnya? Ia pun "jatuh".
Tahun 1860-an cravat dengan ujung yang panjang mulai menyerupai aksesori leher modern alias dasi.

Ketika muncul mode kemeja berkerah, dasi disimpulkan di bawah dagu, ujung panjangnya terjuntai di depan kemeja. Sementara dasi berbentuk kupu-kupu baru populer tahun 1890-an.

Dengan kemajuan teknologi, kini dasi jadi makin beragam warna, desain, dan teksturnya. Alhasil, lebih dari 100 juta dasi menyerbu berbagai gerai dasi setiap tahun.

Piano

Coba dengarkan denting piano yang dimainkan Jaya Suprana dalam setiap acara Jaya Suprana Show di TPI. Berat dan nyaring silih berganti mengalun seiring ketukan jemari montok si pemain. Ditambah dengan penjiwaan mendalam seperti ditunjukkan oleh ekspresi wajah sang pengusaha jamu, alunan musik tunggal itu terasa makin menyentuh.

Kualitas suara macam itu tidak akan keluar dari piano Bartolomeo Cristofori (1655 – 1731) buatan 1720, yang kini dipajang di Metropolitan Museum of Art di New York. Pada saat awal-awal diciptakan, suara piano memang tidak sekeras piano abad XX-an. Pasalnya, tegangan senar piano kala itu tidak sekuat sekarang.

Meskipun siapa penemu pertama piano, yang awalnya dijuluki gravecembalo col piano e forte (harpsichord dengan papan tuts lembut dan bersuara keras), masih menjadi perdebatan, banyak orang mengakui, Bartolomeo Cristofori sebagai penciptanya. Piano juga bukan alat musik pertama yang menggunakan papan tuts dan bekerja dengan dipukul. Alat musik berprinsip kerja mirip piano telah ada sejak 1440.

Piano sendiri lahir dari keinginan untuk menggabungkan keindahan nada clavichord dengan kekuatan harpsichord. Hasrat itu mendorong Marius dari Paris (1716), Schroter dari Saxony (1717), dan Christofori (1720) dari Padua, Italia, untuk membuat piano. Namun, hasil utuh dan lengkap cuma ditunjukkan Bartolomeo Christofori. Dari piano ciptaan pemelihara harpsichord dan spinet (harpsichord kecil) di Istana Florentine - kediaman Pangeran Ferdinand de’Medici - inilah piano modern berakar.

Pada pertengahan abad XVII piano dibuat dengan beberapa bentuk. Awalnya, ada yang dibuat mirip desain harpsichord, dengan dawai menjulang. Piano menjadi lebih rendah setelah John Isaac Hawkins memodifikasi letaknya menjadi sejajar lantai. Lalu, dengan munculnya tuntutan instrumen musik lebih ringan, tidak mahal, dan dengan sentuhan lebih ringan, para pembuat piano Jerman menjawabnya dengan piano persegi. Sampai 1860 piano persegi ini mendominasi penggunaan piano di rumah.
Rangka untuk senar piano pertama menggunakan rangka kayu dan hanya dapat menahan tegangan ringan dari senar. Akibatnya, ketika pada abad XIX dibangun gedung-gedung konser berukuran besar, suara piano tadi kurang memadai. Maka, mulailah dibuat piano dengan rangka besi. Sekitar tahun 1800 Joseph Smith dari Inggris membuat suatu piano dengan rangka logam seluruhnya. Piano hasil inovasinya mampu menahan tegangan senar sangat kuat, sehingga suara yang dihasilkan pun lebih keras. Sekitar 1820, banyak pembuat menggunakan potongan logam untuk bagian piano lainnya. Pada 1822, Erard bersaudara mematenkan double escapement action, yang merupakan temuan tersohor dari yang pernah ada berkaitan dengan cara kerja piano.

Dalam perkembangannya, sebelum memiliki 88 tuts seperti sekarang, piano memiliki lima oktaf dan 61 tuts. Ia juga dilengkapi dengan pedal. Semula pedal itu digerakkan dengan lutut. Namun, kemudian pedal kaki yang diperkenalkan di Inggris menjadi populer hingga sekarang.

Sejumlah pengembangan berlanjut pada abad XIX dan XX. Tegangan senar, yag semula ditetapkan 16 ton pada tahun 1862, bertambah menjadi 30 ton pada piano modern. Hasilnya adalah sebuah piano dengan kemampuan menghasilkan nada yang tidak pernah dibayangkan Frederic Chopin, Ludwig van Beethoven, dan bahkan Franz Liszt.

Sebuah perkembangan nyata di abad XX (berawal di tahun 1930-an) adalah kehadiran piano elektronik (atau piano listrik), yang didasarkan pada teknologi elektroakustik atau metode digital. Nada suaranya terdengar melalui sebuah amplifier dan loudspeaker.

Dari sisi mutu suara, piano elektronik nyaris tak ada bedanya dengan piano biasa. Perbedaan terletak pada berbagai fitur yang melengkapinya. Fitur itu tentu tidak ada sama sekali dalam piano biasa. Misalnya, bisa dihubungkan dengan perangkat MIDI, komputer, alat rekam; memiliki pengatur volume, tusuk kontak untuk pendengar kepala; dan sebagainya.

Kartu Remi

Kita telanjur mengenalnya sebagai kartu “remi”. Padahal “remi” sebenarnya nama salah satu permainan kartu yang oleh orang Inggris disebut playing cards atau card game.
Ada 1001 macam permainan kartu. Setiap negara bahkan wilayah suatu negara memiliki jenis permainannya sendiri. Di Tanah Air kita akrab dengan istilah permainan “empat-satu”, “remi”, “cangkulan”, dsb. Namun, yang populer di banyak negara misalnya poker, canasta, blackjack, casino, solitaire, bridge dengan jumlah pemain yang bisa berbeda-beda.

Solitaire dan bridge bagi kita barangkali lebih familiar ketimbang yang lain. Solitaire, yang sudah dimainkan orang sejak ratusan tahun lalu - dan banyak jenisnya - itu dimainkan sendirian, terutama untuk mengisi waktu luang. Jangan heran kalau menjelang jam kerja berakhir di kantor-kantor, mudah dijumpai karyawan asyik memainkannya di layar komputer pribadi (PC), bukan dengan kartu betulan. Maklum, solitaire menjadi program game standar yang diinstall di PC. Sedangkan Bridge yang harus dimainkan oleh empat orang–biasanya berpasangan– bahkan menjadi salah satu nomor andalan tim Indonesia dalam dunia olahraga untuk meraih suatu kemenangan dalam turnamen Bridge Internasional.

Seperti kita kenal sekarang, satu pak kartu remi berisi 52 lembar. Dibagi menjadi empat suit atau jenis kartu (Spade, Heart, Diamond, Club), masing-masing terdiri atas 13 kartu (dari As, 1, 2, dst. sampai King). Plus kartu tambahan berupa dua kartu joker, hitam dan merah.

Kapan dan siapa penemu kartu remi tidak diketahui secara pasti. Diduga embrionya berasal dari daratan Cina atau Hindustan sekitar tahun 800. Bagaimana ceritanya sampai bisa masuk ke Eropa pun agak samar-samar. Mungkin dibawa oleh para pedagang, tentara, atau suku-suku nomaden. Yang jelas, jenis permainan kartu ini-entah datang dari Timur, Mesir, atau Arab-muncul di Italia kira-kira akhir tahun 1200-an. Setelah itu menyebar ke Jerman, Prancis, dan Spanyol.

Sejumlah ahli sejarah menduga, kartu permainan itu hasil evolusi dari sejenis permainan catur yang dimainkan oleh para gembala di Asia Barat. Sambil menggembala, mereka bermain catur memakai kerikil. Ahli lain berpendapat, permainan kartu merupakan evolusi dari semacam upacara untuk berkomunikasi dengan para dewa. Empat batang tongkat atau anak panah yang sudah ditandai dengan empat simbol berbeda, dilemparkan ke atas altar. Tongkat mana yang jatuh, itulah yang diinterpretasikan sang pendeta sebagai titah dewa.

Kartu pertama di Eropa (Italia) disebut Tarot (tarrochi) atau tablet nasib karena bentuknya seperti tablet, dan digunakan antara lain untuk meramal nasib. Tarot tertua berasal dari tahun 1470 di Lombardy. Satu setnya 50 kartu, dibagi menjadi lima kelompok masing-masing 10 kartu. Pada permukaannya terukir tema-tema alegori atau mitologi tentang berbagai aspek kehidupan seperti ilmu, seni, planet, dsb.

Tarot terus berevolusi. Tarot Venetia jumlahnya 78 kartu, termasuk sebuah kartu - namanya il matto (si pandir)-yang diduga sebagai cikal-bakalnya joker modern.

Dulu kartu permainan terbatas dinikmati kaum berduit mengingat harganya mahal. Maklum, masih buatan tangan dan gambarnya hasil lukisan. Setelah sistem cetak dengan kayu ditemukan, kartu menjangkau masyarakat ramai. Produksi makin meningkat setelah ditemukan teknik cetak dengan plat tembaga. Ditemukannya proses reproduksi warna dengan teknik litografi di awal 1800-an makin mendorong munculnya kartu-kartu cantik dari Jerman, Italia, dan Prancis.

Sejarah tidak mencatat siapa sebenarnya sosok Jack, Queen, dan King pada kartu modern. Namun tokoh pada kartu-kartu sebelumnya terus berganti dari waktu ke waktu. Pada kartu tua dari Italia dan Spanyol, keempat kartu King-nya menggambarkan para raja dari kerajaan besar dunia Abad Pertengahan. Lalu ketika Raja Henry III dari Prancis naik tahta, kostum para bangsawan pada kartu berubah mengikuti mode di zaman itu.

Masih banyak misteri belum terjawab secara memuaskan. Misalnya, kenapa kartu Jack disebut Jack, bukan pangeran atau gelar bangsawan lain? Mengapa Jack bermata satu? Kenapa pula Jack Hati tidak berkumis?

Friday, October 15, 2004

Bola

Informasi tentang bola tertua dan pertama di dunia hanya dapat ditarik dari catatan lama atau gambar grafis bola di beberapa situs kuno. Salah satu referensi tertua ditemukan di makam Beni-Hasan, Mesir, dari tahun 2500 SM. Yang mengeezuutkan, para pemuda pemain bola ditampilkan ... tanpa busana!

Rupanya, bola sudah sejak dulu makan korban. Konon menurut politikus Cicero (106 - 43 SM), permainan bola yang sudah amat populer di Romawi kuno pernah melahirkan kasus unik di pengadilan. Ceritanya, waktu itu anak-anak biasa bermain di jalanan. Tak terduga, bola melambung, lalu menghantam tangan tukang cukur yang tengah mencukur jenggot pelanggannya. Celakanya, ia mencukur dengan sebilah pisau. Tragedi pun jatuh. Pelanggan itu tewas oleh pisau.

Bukti populernya permainan bola ditunjukkan oleh lukisan dinding dari abad I di makam bawah tanah Roma. Pada gambar beberapa pemuda tampak bermain lempar-lemparan bola dengan bertelanjang kaki. Selain itu, konon olahraga serupa sepak bola juga dipakai sebagai bagian latihan militer, menandakan permainan bola di Romawi saat itu cukup beragam.

Demikian merasuknya hobi main bola sampai-sampai tiap pagi ada saja orang Romawi yang main bola, entah di lapangan bola atau pekarangan. Jangan kaget, saat itu hampir setiap kediaman kaum terpandang memiliki lapangan bola!

Namun dari cukup banyaknya lukisan dinding peninggalan masyarakat Romawi bisa disimpulkan, mereka mengenal beberapa jenis bola. Mulai dari yang keras, yang empuk, yang melambung, yang besar, sampai yang kecil. Bahan-bahannya pun beragam, dari bola keras nan berat terbuat dari kaca dan batu seukuran bola boling - seperti peninggalan di Pompeii - sampai jenis-jenis ringan yang berbahan dasar wol, kain, spons, kulit, atau bulu unggas.

Mereka pun punya beberapa cara untuk membuat bola membal. Cara pertama, kandung kencing babi digembungkan lalu dibungkus kuat dengan kulit sapi, babi, atau rusa. Yang kedua, menggulung usus kambing hingga berbentuk bundar, serta membungkusnya dengan kulit rusa. Cara terakhir, membungkus potongan-potongan spons dengan kain. Konon hingga kini masyarakat Turki dan Mesir masih mengenal sepak bola dengan bola spons itu.

Diduga dua bola jenis pertama memiliki daya membal yang baik, tinggal tergantung mutu bahan dan keterampilan pembuatnya. Kalau yang ketiga? Tanda tanya besar.

Tak hanya Romawi, pelbagai kawasan di dunia sebenarnya memiliki bola menurut tradisinya sendiri. Bahkan pada masa yang kurang-lebih sama dengan kejayaan Romawi, popularitas permainan bola tumbuh juga di belahan dunia yang lain. Tepatnya di Cina, meski tak jelas nama dan jenis permainannya.

Dari Cina, seni rakyat membuat bola lalu "diekspor" ke Jepang. Demikianlah misalnya temari alias bola sutera, menjadi seni tradisional Jepang. Dengan diameter 7,5 - 12,5 cm, temari baru diperkenalkan ke Jepang 500 - 600 tahun silam. Bola berbahan potongan-potongan kimono tua itu menurut tradisi adalah buah kasih para ibu atau nenek untuk anak atau cucunya. Kini temari juga punya fungsi sebagai cinderamata.

Memang, ukuran dan bahan asal bola terus berubah dari waktu ke waktu seiring perkembangan jenis dan aturan permainan yang ada. Omong-omong, bagaimana dengan bola khas permainan di daerah kita masing-masing?

Hotel dan Penginapan

Sejak lahir, manusia sudah dikaruniai hobi jalan-jalan. Baik sekadar plesiran maupun yang berbau petualangan. Di antara banyak faktor pendukung kenyamanan plesiran, paling penting tentu soal akomodasi. Betapa tak enaknya jika piknik harus disambung acara bermalam di tengah hutan, lantaran sama sekali tak menemukan pondokan. Makanya, berterima kasihlah kepada pebisnis tempat inap, mulai losmen sederhana hingga hotel berbintang. Tinggal tunjuk penginapan mana yang ditaksir. Kalau ternyata uang saku mencukupi, segala macam akomodasi dijamin beres dan memuaskan. Hotel sendiri berasal dari kata hostel, konon dicomot dari bahasa Prancis kuno. Bangunan publik ini sudah disebut-sebut sejak akhir abad ke-17. Maknanya kira-kira, "tempat penampungan buat pendatang" atau bisa juga "bangunan penyedia pondokan dan makanan untuk umum".

Jadi, pada mulanya hotel memang diciptakan untuk meladeni masyarakat. Tak aneh kalau di Inggris dan Amerika, yang namanya pegawai hotel dulunya mirip pegawai negeri alias abdi masyarakat. Tapi, seiring perkembangan zaman dan bertambahnya pemakai jasa, layanan inap-makan ini mulai meninggalkan misi sosialnya. Tamu pun dipungut bayaran. Sementara bangunan dan kamar-kamarnya mulai ditata sedemikian rupa agar bikin betah. Toh, bertahun-tahun standar layanan hotel tak banyak berubah.

Sampai pada 1793, saat City Hotel dibangun di cikal bakal wilayah Kota New York. City Hotel itulah pelopor pembangunan penginapan gaya baru yang lebih fashionable. Sebab, dasar pembangunannya tak hanya mementingkan letak yang strategis. Tapi juga pemikiran bahwa hotel juga tempat istirahat yang mumpuni. Jadi, tak ada salahnya didirikan di pinggir kota. Setelah itu, muncul hotel-hotel legendaris seperti Tremont House (Boston, 1829) yang selama puluhan tahun dianggap sebagai salah satu tempat paling top di AS. Tremont bersaing ketat dengan Astor House, yang dibangun di New York, 1836. Saat itu, hotel modern identik dengan perkembangan lalu lintas dan tempat beristirahat. Saat pembangunan jaringan kereta api sedang gencar-gencarnya, hampir di tiap perhentian (stasiun) ada hotel. Maksudnya jelas, untuk mengakomodasi orang-orang yang baru saja bepergian dengan kereta api. Karena masa itu naik KA sangat melelahkan, hotel-hotel pun "dipersenjatai" berbagai hiburan pelepas penat. Hotel jenis ini, diembeli-embeli dengan kata "transit", karena memang ditujukan buat para musafir. Toh, seiring dengan berkembangnya teknologi dan makin luasnya jangkauan angkutan darat (terlebih setelah ditemukannya kendaraan bermotor), kawasan sekitar rel KA tak lagi menarik minat para investor. Maklum, orang kemudian lebih suka jalan-jalan pakai mobil ketimbang kereta. Kepopuleran hotel transit pun tersaingi oleh kehadiran "motel", gabungan kata "motor hotel" alias tempat istirahat para pengendara kendaraan bermotor. Kejayaan motel tak berlangsung lama. Seiring makin pesatnya perkembangan kota, berakhir pula era sang motel. Terutama karena letaknya yang agak di pinggir kota dan fasilitasnya yang kalah "wah" dengan hotel di pusat kota. Kalau pun terpaksa bermalam di kawasan pinggiran, motel harus bersaing dengan hotel resort, yang banyak tumbuh di tempat-tempat peristirahatan.

Selain hotel resort, anak-anak kandung hotel yang lahir di era 1990-an tak kalah hebatnya. Sebut saja berbagai extended-stay hotel, khusus buat tamu yang membutuhkan tempat menginap minimal lima malam. Sedangkan pelaku bisnis yang harus bernegosiasi di kampung atau negeri orang, bisa mencari hotel apartment. Di Amerika, dua jenis hotel ini berkembang sangat pesat. Bagaimana di Indonesia? Tidur di hotel berbintang lima, resort, maupun hotel apartment barangkali cuma bisa dirasakan oleh segelintir orang. Tapi menjamurnya tempat semacam itu di sini, juga menunjukkan kita tak kalah langkah di "dunia perhotelan". Meski boleh jadi, praktiknya justru hotel-hotel melati atau motel yang lebih laku. Apa pun kecenderungannya, ambil saja hikmahnya. Setidaknya, tak ada lagi kekhawatiran harus menginap di hutan gara-gara tak ada pondokan.

Sepeda Angin

Boleh-boleh saja mobil mengklaim diri sebagai alat transportasi paling bergengsi. Tapi jangan lupa, sebelum ada mesin yang kecepatannya menyaingi petir, sepedalah penguasa dunia. Sepeda pula yang memutus kejayaan kereta kuda dan hewan-hewan sejenisnya. Hebatnya, meski umur nenek moyang si roda dua ini sudah sangat tua, konsep melaju lewat genjotan kaki ternyata tetap disuka kalangan tua dan muda. Seperti ditulis Ensiklopedi Columbia, nenek moyang sepeda diperkirakan berasal dari Prancis. Katanya sih, negeri itu sudah sejak awal abad ke-18 mengenal alat transportasi roda dua yang dinamai velocipede. Bertahun-tahun, velocipede menjadi satu-satunya istilah yang merujuk hasil rancang bangun kendaraan dua roda. Tapi, jangan membayangkan kemiripannya dengan bentuk sepeda sekarang. Masih jauuuuh banget!.

Yang pasti, konstruksinya belum mengenal besi. Modelnya pun masih sangat "primitif". Ada yang bilang tanpa engkol, pedal tongkat kemudi (setang). Ada juga yang bilang sudah mengenal engkol dan setang, tapi karena konstruksinya dari kayu, bayangkan sendiri hasil kerjanya! Adalah wong Jerman bernama Baron Karls Drais von Sauerbronn yang pantas dicatat sebagai salah seorang penyempurna velocipede. Tahun 1818, von Sauerbronn membuat alat transportasi roda dua untuk menunjang efisiensi kerjanya. Sebagai kepala pengawas hutan Baden, ia memang butuh sarana transportasi bermobilitas tinggi. Tapi, model yang dikembangkan tampaknya masih mendua, antara sepeda dan kereta kuda. Makanya masyarakat menjuluki ciptaan sang Baron sebagai dandy horse. Baru pada 1839, Kirkpatrick MacMillan, pandai besi kelahiran Skotlandia, membuatkan "mesin" khusus untuk sepeda. Tentu bukan mesin seperti yang dipunyai sepeda motor, tapi lebih mirip pendorong yang diaktifkan engkol, lewat gerakan turun-naik kaki mengayuh pedal. MacMillan pun sudah "berani" menghubungkan engkol tadi dengan tongkat kemudi (stang sederhana). Sedangkan Britannica.com mencatat upaya penyempurnaan penemu Prancis, Ernest Michaux pada 1855, dengan membuat pemberat engkol, hingga laju sepeda lebih stabil. Makin sempurna setelah orang Prancis lainnya, Pierre Lallement (1865) memperkuat roda dengan menambahkan lingkaran besi di sekelilingnya (sekarang dikenal sebagai pelek). Lallement juga yang memperkenalkan sepeda dengan roda depan lebih besar daripada roda belakang. Namun kemajuan paling signifikan terjadi saat teknologi pembuatan baja berlubang ditemukan, menyusul kian bagusnya teknik penyambungan besi, serta penemuan karet sebagai bahan baku ban. Namun, faktor safety dan kenyamanan tetap belum terpecahkan. Karena teknologi suspensi (per dan sebagainya) belum ditemukan, goyangan sering membuat penunggangnya sakit pinggang. Setengah bercanda, masyarakat menjuluki sepeda Lallement sebagai boneshaker (penggoyang tulang). Alamaaak! Jangan heran jika di era 1880-an, sepeda tiga roda yang dianggap lebih aman buat wanita dan laki-laki yang kakinya terlalu pendek untuk mengayuh sepeda konvensional menjadi begitu populer. Trend sepeda roda dua kembali mendunia setelah berdirinya pabrik sepeda pertama di Coventry, Inggris pada 1885. Pabrik yang didirikan James Starley ini makin menemukan momentum setelah tahun 1888 John Dunlop menemukan teknologi ban angin. Laju sepeda pun tak lagi ajrut-ajrutan. Penemuan lainnya, seperti rem, perbandingan gigi yang bisa diganti-ganti, rantai, setang yang bisa digerakkan, dan masih banyak lagi makin menambah daya tarik sepeda.

Sejak itu, berjuta-juta orang mulai menjadikan sepeda sebagai alat transportasi, dengan Amerika dan Eropa sebagai pionirnya. Meski lambat laun, perannya mulai disingkirkan mobil dan motor, sepeda tetap punya pemerhati. Bahkan penggemarnya dikenal sangat fanatik. Kini, sepeda punya beragam nama dan model. Ada sepeda roda tiga buat balita, sepeda mini, sepeda kumbang, hingga sepeda tandem buat digenjot bareng. Bahkan olahraga balap sepeda mengenal sedikitnya tiga macam perangkat lomba. Yakni "sepeda jalan" untuk jalanan mulus yang memiliki sampai 16 kombinasi gir yang berbeda, sepeda track dengan hanya 1 gigi serta sepeda gunung yang memiliki 24 gigi. Wah wah wah!

Asal-Usul Balon

Meski mudah ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, referensi tentang balon ternyata sulit ditemukan. Menurut Jean Merlin Kaufman dan Greenverg pada tahun 1994, masyarakat Astec-lah yang pertama kali membuat balon. Bahan bakunya usus besar kucing dan tujuannya sebagai persembahan bagi dewa. Namun ada pendapat lain, yang mengatakan balon sederhana zaman dulu dibuat dari kandung kemih hewan yang diisi air. Kabarnya itu pernah dicatat selama masa Renaisans (abad XIV - XVI) di Eropa. Bagian-bagian tubuh binatang khususnya kandung kemih, usus dan perut menjadi "bahan" utama balon kuno. Konon, usus punya kelebihan,bisa fleksibel dibentuk. Namun tentunya binatang berbeda akan memberikan ukuran yang berbeda pula.

Menurut Jacques Dupin Grouvhard dalam The Mayanaise Connection, proses pembuatan demikian perlu waktu beberapa hari. Betapapun dalam pemilihan bahan utama suku Maya juga menggunakan organ yang sama. Bagaimana dengan bahan utama karet seperti yang kita kenal sekarang?. The Book of First karya Patrick Robertson, Bramhall House New York tahun 1978 menyebut nama Michael Faraday sebagai pembuat balon karet pertama tahun 1824. Pembuatan balon itu sebenarnya dalam kaitan dengan percobaannya menggunakan hydrogen di Royal Institution di London.

Dalam "Quarterly Journal of Science" di tahun yang sama, cara pembuatannyapun sederhana 2 lembar karet dipotong bulat, ditumpuk lalu dipres sisinya, otomatis karet melunak dan menempel. Bagian dalam antara 2 lembaran itu dibedaki tepung agar tidak saling lengket. Pada tahun berikutnya, balon mainan sebagai produk massal baru sudah diperkenalkan oleh produsen perintis karet Thomas Hancock, tapi bentuknya berupa 1 set alat yang terdiri atas sebotol karet cair dan alat tiup. Baru tahun 1847 balon mainan yang lebih tahan terhadap perubahan temperatur, dibuat pertama kali oleh J.G Ingram dari London. Balon itu bisa disebut prototipe balon modern. Balon terus berkembang, baik variasi bentuk maupun kualitasnya, sehingga tidak mudah meletus. Malah ada produsen yang menyebut balonnya modern, karena dibuat dari karet alami ramah lingkungan, yakni lateks pohon Hevea. Dengan proses alamiah ia akan hancur. Secepat membusuknya dedaunan, karet itu akan menjadi vitamin bagi tanah." Lalu, muncul seni "patung" balon dari balon panjang. Seni itu dimulai sejak tahun 1920-an, tapi baru populer setelah PD II. Terlebih setelah diproduksi balon pensil, yang amat langsing. Mengenai bentuknya? Apapun bisa dibuat. Malah di luar negeri sering digelar kontes yang menunjukkan begitu beragamnya hasil olahkreativitas dan keterampilan peserta. Mau coba?.

Surat dan Paket

Kita sekarang dengan santai bisa bilang, “Tunggu sebentar, aku baru balas e-mail-mu.” Ucapan yang sama entengnya, “Dari tadi aku kirim SMS, belum ada jawaban dari dia.” Itulah hasil budi daya manusia bernama teknologi. Pesan dan jawaban atas keingintahuan sampai dalam saat yang amat singkat; nyaris seketika. Sementara di bagian lain, per-pindahan aneka dokumen tertulis dan paket kiriman juga makin singkat. Tak terbayangkan, pada masa lalu, jasa pos tak lebih dari cara primitif penyampaian pesan yang berlangsung amat lamban. Dan percayakah Anda kalau lari estafet semula bukan untuk lomba olahraga, melainkan untuk mengantar surat dan paket?

Kaisar Julius (100 SM) yang suatu ketika tinggal di Inggris, mengirim dua pesan kepada Cicero, pujangganya di Roma. Jarak yang kini bisa ditempuh kurang dari sehari naik bus itu dulu memerlukan 26 hari untuk surat pertama, dan 28 hari untuk surat kedua (Encyclopaedia Americana, 1976). Para pembawa pesan tak lain adalah para budak. Atau mereka yang takluk. Mereka berjalan kaki - dan kemudian naik kuda yang ditempatkan pada semacam pangkalan (dari sinilah istilah pos, dari kata Latin positus yang artinya “ditempatkan” itu berasal) sambil membawa pesan.

Sejarawan Yunani tahun 400-an SM, Herodotus, menerangkan kerja orang-orang Persia penyampai pesan, “Tak peduli salju atau hujan, panas atau dalam keremangan malam, para kurir itu terus berjalan menunaikan kewajiban.” (The World Book Encyclopaedia, 1992). Pada tahun 27 SM, Kaisar Agustus menata sistem pengiriman pesan dengan membuat banyak jalan di wilayah Kekaisaran Romawi. Sejak itu layanan pos menjadi instrumen peradaban cukup penting. Bahkan ketika Kekaisaran Roma runtuh pada tahun 400an, sistem yang telah berkembang di seluruh Eropa tak ikut berantakan.

Di belahan dunia lain, sekitar tahun 1200-an pemimpin Mongolia Kubilai Khan telah mengembangkan sistem layanan pesan berantai melalui 10.000 stasiun pos. Di Amerika Utara dan Selatan, bangsa Aztec dan Inca juga memiliki ribuan pelari estafet yang kerjanya mengirimkan pesan dan mengantarkan paket antarkota. Pos sebagai jasa layanan publik resmi pertama kali dilakukan oleh otoritas Universitas Paris. Pada akhir abad ke-13 lembaga itu mempekerjakan para kurir untuk mengantar surat dan mengumpulkan uang kuliah mahasiswa yang berasal dari seantero Eropa. Langkah ini lantas diikuti pemerintah.
Pada 19 Juni 1464 Raja Louis XI memerintahkan pendirian pangkalan surat di kota-kota utama Prancis.

Pada masa pemerintahan Louis XIII dibentuk lembaga negara yang mengurusi surat dan paket. Para penguasa negara lain segera melakukan hal yang sama. Kaisar Maximilian dari Belgia membuat jalur pos Brussels - Wina pada tahun 1516. Di Inggris, setelah sebelumnya ada jasa layanan pos partikelir, Raja Edward III pada 1635 mendirikan jalur pos pemerintah antara London - Edinburgh. Di Italia layanan pos berawal pada 1561. Di Massachussetts, AS, pada 1639 berdiri pusat layanan jasa pos. Perkembangan itu lantas berakibat pada diberlakukannya standarisasi ukuran amplop, prangko dan letaknya, juga sistem prangko berlangganan. Berkembang pula aneka mesin pemisah jenis surat dan paket, pemindai prangko dan kode pos, dll.

Di banyak negara dalam masa modern, jasa layanan pos menjadi bagian dari birokrasi pemerintah, dan biasanya disatukan dengan telekomunikasi. Tapi di Inggris, pemerintah hanya menangani The Post Office, dan telekomunikasi diserahkan swasta. Ketika pertumbuhan pos makin besar, kalangan swasta juga ambil bagian. Mengenai volume kiriman surat, sampai tahun 1992 AS menduduki peringkat pertama, yakni lebih dari 110 miliar pucuk per tahun, setengah jumlah total surat yang setiap tahun beredar di seluruh dunia. Volume itu pasti surut ketika teknologi surat elektronik dan SMS membanjir seperti sekarang. Namun fungsi jasa layanan pos tetap tak tergantikan. Entah suatu saat nanti, kalau undangan atau kartu ucapan hari raya dianggap cukup sopan dikirimkan secara elektronik atau lewat SMS.